Green Banking

Green banking adalah praktik perbankan yang bertujuan untuk mempromosikan pembangunan yang berkelanjutan melalui penggunaan praktik perbankan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Dalam konteks ini, perbankan bertanggung jawab untuk memperkenalkan inovasi yang mendukung pembangunan berkelanjutan dan menjaga lingkungan hidup dengan membatasi emisi gas rumah kaca, penggunaan sumber daya alam, dan dampak negatif lainnya yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan bisnis.

Green banking menawarkan berbagai manfaat, baik bagi perbankan itu sendiri, masyarakat, dan lingkungan. Dalam hal ini, beberapa manfaat dari green banking adalah:

  1. Meningkatkan citra perusahaan

Dengan menerapkan praktik perbankan yang ramah lingkungan, bank dapat memperbaiki citra perusahaan di mata masyarakat. Citra perusahaan yang baik dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan pelanggan, serta membantu bank untuk memperluas jangkauan pasar.

  1. Meningkatkan profitabilitas

Green banking juga dapat membantu meningkatkan profitabilitas bank. Dengan mengurangi biaya operasional yang berkaitan dengan penggunaan energi, air, dan sumber daya alam lainnya, bank dapat menghemat biaya dan meningkatkan efisiensi operasional.

  1. Mengurangi risiko lingkungan

Dalam praktik perbankan konvensional, bank mengambil risiko terhadap lingkungan dengan memberikan pinjaman kepada perusahaan yang berpotensi mencemari lingkungan atau melakukan kegiatan yang merusak lingkungan. Dengan menerapkan praktik perbankan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, bank dapat mengurangi risiko yang terkait dengan kegiatan perbankan tersebut.

  1. Mendukung pembangunan berkelanjutan

Green banking dapat membantu mendukung pembangunan berkelanjutan dengan mempromosikan praktik bisnis yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dalam hal ini, bank dapat memberikan pinjaman atau membiayai proyek-proyek yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, seperti pembangkit listrik tenaga surya, pembangunan bangunan hijau, atau pengembangan transportasi publik.

  1. Memperkuat kemitraan

Green banking juga dapat membantu memperkuat kemitraan antara bank, pelanggan, dan mitra bisnis. Dalam hal ini, bank dapat bekerja sama dengan pelanggan dan mitra bisnis untuk mengembangkan solusi bisnis yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Bank memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan menjaga lingkungan hidup. Praktik perbankan yang ramah lingkungan dapat membantu bank untuk mencapai tujuan ini, dengan mengurangi dampak negatif kegiatan bisnis terhadap lingkungan dan mempromosikan pembangunan yang berkelanjutan. Beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh bank untuk menerapkan praktik perbankan yang ramah lingkungan adalah:

  1. Memperkenalkan produk dan layanan yang ramah lingkungan

Bank dapat memperkenalkan produk dan layanan yang ramah lingkungan, seperti kredit untuk investasi dalam energi terbarukan, kendaraan listrik atau proyek-proyek yang berkelanjutan. Bank juga dapat memberikan insentif atau diskon bagi nasabah yang menggunakan produk atau layanan yang ramah lingkungan. Hal ini akan memotivasi nasabah untuk memilih produk dan layanan yang ramah lingkungan dan membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya praktik perbankan yang ramah lingkungan.

  1. Menetapkan Kebijakan Lingkungan dan Sosial

Bank dapat menetapkan kebijakan lingkungan dan sosial yang jelas dan terukur untuk memastikan bahwa praktik perbankan yang ramah lingkungan diintegrasikan ke dalam kegiatan bisnis mereka. Kebijakan tersebut harus mencakup pencegahan pencemaran lingkungan, penggunaan energi terbarukan, penghematan air, dan pengelolaan limbah yang efektif. Bank juga harus menetapkan target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memantau kemajuan mereka dalam mencapai target tersebut.

  1. Memantau dampak lingkungan

Bank harus memantau dampak lingkungan dari kegiatan bisnis mereka dan mengembangkan tindakan yang diperlukan untuk mengurangi dampak negatif tersebut. Misalnya, bank dapat mengurangi penggunaan kertas dan beralih ke dokumen digital untuk mengurangi limbah kertas dan emisi karbon. Bank juga dapat mengurangi penggunaan listrik dengan mengadopsi teknologi hijau, seperti panel surya atau lampu hemat energi.

  1. Mendorong kegiatan berkelanjutan di antara nasabah

Bank dapat membantu nasabah mereka untuk menerapkan praktik bisnis yang berkelanjutan dengan memberikan bimbingan dan dukungan. Misalnya, bank dapat memberikan konsultasi tentang cara meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi penggunaan air. Bank juga dapat membantu nasabah untuk mengembangkan rencana bisnis yang berkelanjutan dan memberikan akses ke sumber daya, seperti pinjaman atau investasi.

  1. Mendorong pemberdayaan masyarakat

Bank dapat memainkan peran penting dalam mempromosikan pemberdayaan masyarakat dalam mengelola lingkungan mereka. Bank dapat memberikan dukungan keuangan dan bantuan teknis kepada masyarakat untuk membantu mereka mengembangkan proyek-proyek yang berkelanjutan, seperti pengembangan pertanian organik atau pengembangan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Penting untuk diingat bahwa praktik perbankan yang ramah lingkungan bukanlah tujuan akhir, melainkan merupakan langkah awal dalam mengembangkan praktik bisnis yang berkelanjutan. Bank harus terus mengembangkan dan meningkatkan praktik perbankan yang ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, menjaga lingkungan hidup, dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Dalam hal ini, bank dapat berperan sebagai agen perubahan untuk menciptakan dunia yang lebih baik untuk kita semua.

Posted in All, Banking and Finance, Financial Market, Strategy | Tagged , , | Leave a comment

Tips Mengelola Keuangan Secara Bijak

Mengelola keuangan secara bijak merupakan hal yang penting untuk dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan keuangan jangka panjang. Dalam artikel ini, akan dibahas beberapa tips dan strategi mengelola keuangan secara bijak.

  1. Membuat Anggaran.

Membuat anggaran merupakan langkah pertama dalam mengelola keuangan secara bijak. Dengan membuat anggaran, kita dapat mengetahui pendapatan dan pengeluaran secara rinci. Buatlah daftar pengeluaran bulanan dan pastikan bahwa total pengeluaran tidak melebihi pendapatan. Selain itu, alokasikan juga dana untuk tabungan atau investasi jangka panjang.

2. Prioritaskan Kebutuhan.

Penting untuk memprioritaskan kebutuhan dalam pengeluaran. Prioritaskan kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan kesehatan. Hindari membeli barang atau jasa yang tidak diperlukan atau tidak terlalu penting. Saat membeli barang atau jasa, pertimbangkan pilihan yang paling ekonomis.

3. Kurangi Utang.

Utang dapat menjadi beban keuangan yang berat. Jika memiliki utang, prioritaskan untuk membayarnya terlebih dahulu sebelum membeli barang atau jasa yang tidak terlalu penting. Upayakan untuk membayar utang dengan lebih cepat dan hindari menambah utang baru.

4. Buat Rencana Investasi

Investasi merupakan cara yang baik untuk mengembangkan kekayaan jangka panjang. Buatlah rencana investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan jangka panjang. Pelajari jenis-jenis investasi yang ada, termasuk risiko dan potensi pengembalian investasi.

5. Siapkan Dana Darurat

Ketidakpastian dalam kehidupan dapat terjadi kapan saja. Oleh karena itu, penting untuk selalu siap dengan dana darurat. Siapkan dana darurat yang cukup untuk menangani kebutuhan hidup selama beberapa bulan jika terjadi hal-hal yang tidak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau sakit.

6. Cari Sumber Penghasilan Tambahan

Selain mengelola pengeluaran, dapat juga meningkatkan pendapatan dengan mencari sumber penghasilan tambahan. Ini dapat dilakukan dengan menjual barang atau jasa, atau mencari pekerjaan paruh waktu. Mengelola keuangan secara bijak memerlukan disiplin dan kesadaran untuk mengontrol pengeluaran.

Dengan mengikuti tips dan strategi yang dijelaskan di atas, kita dapat memperbaiki keuangan dan mencapai tujuan keuangan jangka panjang. Ingatlah bahwa mengelola keuangan secara bijak akan membawa manfaat jangka panjang yang besar bagi kesejahteraan finansial kita.

Generated by AI

Posted in All, Banking and Finance, Personal Finance | Tagged , , | Leave a comment

Mengenal OJK: Peran, Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi

OJK (Otoritas Jasa Keuangan) adalah lembaga yang bertanggung jawab atas pengawasan sektor jasa keuangan di Indonesia. Lembaga ini dibentuk pada tahun 2013 dan menggantikan peran tiga lembaga sebelumnya, yaitu Bapepam-LK, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan Non-Bank (OJKNB). Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang peran, tujuan, dan tantangan yang dihadapi oleh OJK dalam menjalankan tugasnya.

Peran OJK

OJK memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas dan integritas sistem keuangan di Indonesia. Beberapa peran yang diemban oleh OJK di antaranya adalah:

  1. Mengawasi dan mengatur kegiatan di sektor jasa keuangan, termasuk bank, pasar modal, asuransi, dan lembaga pembiayaan.
  2. Melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang bergerak di sektor jasa keuangan agar terhindar dari praktek-praktek yang merugikan nasabah.
  3. Memberikan izin dan melakukan pengawasan terhadap produk-produk jasa keuangan yang ditawarkan oleh perusahaan yang bergerak di sektor jasa keuangan.
  4. Menyusun dan mengimplementasikan kebijakan terkait dengan sektor jasa keuangan yang berkaitan dengan aspek hukum, perpajakan, dan peraturan lainnya.
  5. Memberikan perlindungan terhadap konsumen dan nasabah jasa keuangan.

Tujuan OJK

OJK memiliki tujuan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan di Indonesia, melindungi nasabah dan konsumen, serta mendorong perkembangan industri jasa keuangan. Tujuan OJK diuraikan sebagai berikut:

  1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sektor jasa keuangan di Indonesia.
  2. Menjaga stabilitas sistem keuangan dan mencegah terjadinya krisis keuangan.
  3. Menyediakan regulasi yang efektif dan efisien untuk menjaga integritas dan keamanan jasa keuangan.
  4. Mengembangkan industri jasa keuangan di Indonesia dengan cara yang sehat dan berkelanjutan.
  5. Memberikan perlindungan terhadap nasabah dan konsumen jasa keuangan.

Tantangan yang Dihadapi OJK

Sebagai regulator sektor jasa keuangan, OJK menghadapi beberapa tantangan dalam menjalankan tugasnya. Tantangan-tantangan tersebut di antaranya adalah:

  1. Kompleksitas regulasi yang tinggi

OJK harus mampu menghadapi perubahan regulasi yang sangat cepat dan kompleks. Regulasi yang berubah-ubah memerlukan kemampuan yang tinggi dalam analisis dan pengambilan keputusan yang cepat. OJK juga harus memastikan bahwa perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor jasa keuangan mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Selain itu, OJK harus selalu memperbarui regulasi dan kebijakan yang berlaku agar tetap relevan dengan perkembangan industri jasa keuangan.

  1. Keterbatasan sumber daya manusia

OJK menghadapi tantangan dalam menarik dan mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengawasi sektor jasa keuangan. Sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas pengawasan sektor jasa keuangan yang begitu luas, OJK memerlukan tenaga ahli yang mampu mengawasi sektor-sektor yang berbeda, seperti bank, pasar modal, asuransi, dan lembaga pembiayaan. Namun, jumlah tenaga ahli yang tersedia masih terbatas, sehingga OJK harus memperkuat sistem pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia agar bisa memenuhi kebutuhan tersebut.

  1. Kebijakan pemerintah yang berubah-ubah

Kebijakan pemerintah yang berubah-ubah dapat mempengaruhi industri jasa keuangan. Misalnya, kebijakan pemerintah dalam hal bunga dan inflasi dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor jasa keuangan, terutama bank. OJK harus mampu menyesuaikan diri dengan kebijakan pemerintah yang berubah-ubah, dan juga harus memperhatikan implikasi dari kebijakan pemerintah terhadap industri jasa keuangan.

  1. Inovasi teknologi

Perkembangan teknologi yang begitu pesat mempengaruhi industri jasa keuangan. Perusahaan-perusahaan jasa keuangan harus beradaptasi dengan perubahan tersebut agar bisa tetap bersaing di pasar. Namun, inovasi teknologi juga membawa risiko baru, seperti risiko keamanan dan privasi data, serta risiko operasional. OJK harus mampu memantau dan mengatur risiko-risiko tersebut dengan baik agar industri jasa keuangan tetap aman dan stabil.

  1. Meningkatnya kompleksitas pasar keuangan global

Perkembangan pasar keuangan global yang semakin kompleks dapat mempengaruhi pasar keuangan di Indonesia. Hal ini dapat memperbesar risiko keuangan dan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan di Indonesia. OJK harus mampu mengantisipasi dan mengatasi risiko-risiko tersebut dengan cara yang efektif dan efisien.

Generated by AI

Posted in All, Banking and Finance, Financial Market | Tagged , , | Leave a comment

Mengenal Produk Giro Bank

Produk giro bank adalah salah satu jenis produk perbankan yang umumnya digunakan sebagai alat pembayaran dan penyimpanan uang yang lebih fleksibel daripada tabungan. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara rinci tentang produk giro bank, manfaatnya, serta faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum membuka rekening giro.

Apa itu Produk Giro Bank? Produk giro bank adalah jenis produk perbankan yang memungkinkan nasabah untuk menyimpan uang secara aman dan fleksibel serta dapat mengaksesnya dengan mudah. Rekening giro dapat digunakan untuk transaksi pembayaran seperti transfer antar bank, pembayaran tagihan bulanan, dan pembelian produk atau jasa di toko atau online. Nasabah biasanya diberikan kartu ATM atau internet banking untuk memudahkan akses ke rekening giro mereka.

Manfaat dari Produk Giro Bank

  1. Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan Produk giro bank memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan karena nasabah dapat menarik dan menyetor uang sesuai dengan kebutuhan mereka. Rekening giro juga memungkinkan nasabah untuk mengatur transfer antar bank dan membayar tagihan bulanan dengan mudah.
  2. Akses Mudah Nasabah biasanya diberikan kartu ATM atau internet banking untuk memudahkan akses ke rekening giro mereka. Dengan kemudahan ini, nasabah dapat mengakses rekening giro mereka kapan saja dan di mana saja untuk melakukan transaksi.
  3. Keamanan Seperti produk perbankan lainnya, produk giro bank juga memberikan jaminan keamanan dalam penyimpanan uang nasabah. Uang yang disimpan dalam rekening giro dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan terlindungi dari risiko kehilangan atau pencurian.
  4. Pengelolaan Keuangan yang Lebih Efektif Produk giro bank memungkinkan nasabah untuk melacak pengeluaran mereka dengan lebih mudah. Nasabah dapat dengan mudah melihat riwayat transaksi mereka melalui layanan internet banking atau aplikasi mobile banking, sehingga dapat membantu mengelola keuangan mereka dengan lebih efektif.

Sebelum membuka rekening giro di bank, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memastikan bahwa produk giro bank yang dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi keuangan Anda. Berikut adalah beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum membuka rekening giro:

  1. Biaya dan Persyaratan. Salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan sebelum membuka rekening giro adalah biaya dan persyaratan yang terkait dengan produk giro bank tersebut. Beberapa bank mungkin membebankan biaya administrasi atau biaya penarikan dana, sehingga pastikan bahwa biaya tersebut tidak terlalu tinggi dan tidak membebani keuangan Anda. Selain itu, pastikan bahwa Anda memahami persyaratan yang diperlukan untuk membuka rekening giro seperti jumlah minimal setoran awal dan saldo minimum bulanan.
  2. Suku Bunga. Produk giro bank umumnya tidak menawarkan suku bunga yang tinggi. Namun, beberapa bank mungkin menawarkan suku bunga yang lebih tinggi untuk rekening giro tertentu. Pastikan untuk memperhatikan suku bunga yang ditawarkan dan pastikan bahwa suku bunga tersebut tidak hanya tinggi dalam jangka waktu tertentu saja, tetapi juga berkelanjutan dalam jangka waktu yang lebih lama.
  3. Jenis Bank dan Kepercayaan. Pilihlah bank yang terpercaya dan memiliki reputasi yang baik dalam hal layanan dan keamanan. Pastikan bahwa bank tersebut telah terdaftar di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sehingga uang Anda aman jika terjadi sesuatu pada bank tersebut. Anda juga dapat mempertimbangkan jenis bank yang ingin Anda gunakan, apakah bank swasta atau bank pemerintah.
  4. Kemudahan Akses dan Layanan. Pastikan bahwa bank yang Anda pilih menyediakan kemudahan akses dan layanan yang memadai untuk kebutuhan Anda. Pilihlah bank yang memiliki jaringan ATM dan cabang yang luas sehingga Anda dapat mengakses rekening giro Anda kapan saja dan di mana saja. Selain itu, pastikan bahwa bank tersebut juga menyediakan layanan internet banking atau mobile banking yang memadai sehingga Anda dapat mengakses rekening giro Anda secara online.
  5. Jenis Produk Giro Bank yang Ditawarkan Beberapa bank mungkin menawarkan jenis produk giro bank yang berbeda dengan fitur dan keuntungan yang berbeda pula. Pastikan bahwa produk giro bank yang Anda pilih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi keuangan Anda. Misalnya, jika Anda memiliki kebutuhan untuk melakukan transaksi pembayaran yang banyak, maka pastikan bahwa produk giro bank yang Anda pilih mendukung fitur pembayaran tagihan online.
  6. Fitur Tambahan Beberapa bank mungkin menawarkan fitur tambahan untuk produk giro bank mereka seperti asuransi, program reward, atau bonus transaksi. Pastikan bahwa fitur tambahan tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kondisi keuangan Anda dan tidak memberikan beban biaya tambahan yang berlebihan.

Dalam memilih produk giro bank, penting untuk memperhatikan faktor-faktor di atas dan mempertimbangkan dengan matang sebelum membuat keputusan. Pastikan bahwa produk giro bank yang Anda pilih sesuai dengan kebutuhan Anda.

Generated by AI

Posted in All, Banking and Finance, Product | Tagged , , | Leave a comment

Mengenal Produk Tabungan Bank: Jenis, Manfaat dan Tips Memilih Tabungan

Produk tabungan bank adalah salah satu jenis layanan perbankan yang sangat populer dan banyak digunakan oleh masyarakat. Tabungan bank merupakan bentuk simpanan yang memungkinkan seseorang menyimpan uang dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan finansial di masa depan. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang berbagai jenis produk tabungan bank yang tersedia, manfaat yang dapat diperoleh dengan menggunakan produk tabungan bank, dan juga beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum memilih produk tabungan bank yang tepat.

Jenis-jenis Produk Tabungan Bank Berikut adalah beberapa jenis produk tabungan bank yang umum ditawarkan oleh bank-bank:

  1. Tabungan Reguler Ini adalah jenis tabungan yang paling umum ditawarkan oleh bank. Tabungan reguler tidak memiliki persyaratan khusus dan dapat dibuka oleh siapa saja, baik itu individu maupun perusahaan. Pemilik tabungan dapat menarik atau menambahkan dana ke akun mereka kapan saja.
  2. Tabungan Berjangka. Tabungan berjangka adalah jenis tabungan yang mengharuskan pemiliknya untuk menyetor sejumlah uang selama jangka waktu tertentu. Setelah jangka waktu berakhir, pemilik tabungan dapat menarik dana beserta bunga yang diperoleh. Biasanya, semakin lama jangka waktu yang dipilih, semakin tinggi pula bunga yang ditawarkan.
  3. Tabungan Pendidikan. Tabungan pendidikan adalah jenis tabungan yang dirancang khusus untuk membantu mengumpulkan dana untuk biaya pendidikan. Biasanya, bank akan menawarkan bunga yang lebih tinggi daripada tabungan reguler dan tabungan berjangka, serta memberikan insentif lain seperti penghapusan biaya administrasi atau bonus uang.
  4. Tabungan Hari Tua. Tabungan hari tua adalah jenis tabungan yang diarahkan untuk masa pensiun. Bank biasanya menawarkan bunga yang lebih tinggi dan memberikan insentif seperti diskon pada produk-produk investasi. Beberapa bank juga menawarkan asuransi kesehatan atau jiwa untuk pemilik tabungan hari tua.

Manfaat Produk Tabungan Bank Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan menggunakan produk tabungan bank, antara lain:

  1. Keamanan Tabungan bank relatif aman karena uang yang disimpan dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). LPS menjamin simpanan hingga Rp 2 miliar per orang per bank.
  2. Bunga yang Menarik Bank biasanya menawarkan bunga yang lebih tinggi pada produk tabungan tertentu. Bunga yang diperoleh dapat membantu meningkatkan nilai tabungan Anda.
  3. Kemudahan Akses Anda dapat mengakses tabungan Anda kapan saja dan di mana saja melalui internet banking atau mesin ATM.
  4. Membentuk Kebiasaan Menabung Tabungan bank dapat membantu membentuk kebiasaan menabung, sehingga Anda dapat mengatur keuangan dengan lebih baik dan mempersiapkan diri untuk kebutuhan finansial di masa depan.

Memilih produk tabungan bank bukanlah tugas yang mudah. Ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk membuka rekening tabungan di bank tertentu. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum memilih produk tabungan bank yang tepat adalah sebagai berikut:

  1. Tujuan Tabungan

Sebelum membuka rekening tabungan, Anda harus memiliki tujuan yang jelas mengapa Anda ingin menabung. Apakah Anda ingin menabung untuk biaya pendidikan anak-anak Anda di masa depan, membeli rumah, atau pensiun? Setiap tujuan akan membutuhkan pendekatan yang berbeda. Misalnya, jika tujuan Anda adalah untuk biaya pendidikan anak-anak, maka tabungan pendidikan mungkin lebih cocok untuk Anda. Sementara itu, jika tujuan Anda adalah untuk pensiun, maka tabungan hari tua mungkin lebih tepat.

2. Suku Bunga

Suku bunga adalah faktor penting yang perlu dipertimbangkan saat memilih produk tabungan bank. Semakin tinggi suku bunga yang ditawarkan, semakin besar pula keuntungan yang bisa Anda dapatkan. Namun, pastikan bahwa suku bunga yang ditawarkan tidak hanya tinggi dalam jangka waktu tertentu saja, tetapi juga berkelanjutan. Perhatikan juga apakah suku bunga dapat berubah sewaktu-waktu atau tidak.

3. Biaya dan Persyaratan

Sebelum membuka rekening tabungan, pastikan Anda memahami semua biaya dan persyaratan yang terkait. Beberapa bank mungkin membebankan biaya administrasi atau biaya penarikan dana. Pastikan bahwa biaya tersebut tidak terlalu tinggi dan tidak membebani keuangan Anda. Selain itu, pastikan Anda memahami persyaratan yang diperlukan untuk membuka rekening tabungan seperti jumlah minimal setoran awal dan saldo minimum bulanan.

4. Keamanan

Keamanan adalah faktor yang sangat penting dalam memilih produk tabungan bank. Pastikan bahwa bank yang Anda pilih dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sehingga uang Anda terlindungi. Selain itu, pastikan juga bahwa bank memiliki sistem keamanan yang kuat untuk melindungi data dan informasi Anda.

5. Kemudahan Akses

Pastikan bahwa bank yang Anda pilih memiliki kemudahan akses yang memadai. Misalnya, apakah bank memiliki mesin ATM yang cukup banyak dan tersebar luas sehingga Anda dapat dengan mudah mengakses uang Anda? Selain itu, pastikan bahwa bank memiliki layanan internet banking yang memadai sehingga Anda dapat mengakses rekening tabungan Anda kapan saja dan di mana saja.

6. Kualitas Layanan

Kualitas layanan adalah faktor penting dalam memilih produk tabungan bank. Pastikan bahwa bank memiliki layanan pelanggan yang baik dan ramah serta dapat membantu Anda dengan pertanyaan atau masalah yang Anda hadapi. Selain itu, pastikan juga bahwa bank memiliki produk dan layanan yang berkualitas seperti asuransi kesehatan atau jiwa.

Memilih produk tabungan bank yang tepat membutuhkan waktu dan pertimbangan yang matang. Pastikan Anda mempertimbangkan faktor-faktor yang telah disebutkan di atas sebelum memilih produk tabungan bank anda.

Generated partially by AI

Posted in All, Banking and Finance, Product | Tagged , , , , , | Leave a comment

Mengenal Peer to Peer Lending

Peer-to-peer (P2P) lending atau pinjaman uang secara online telah menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Ini adalah bentuk alternatif pembiayaan yang memungkinkan individu dan bisnis untuk mendapatkan pinjaman dari investor secara langsung melalui platform online.

P2P lending berbeda dengan model tradisional, di mana bank atau lembaga keuangan adalah pemberi pinjaman. Dalam P2P lending, platform berperan sebagai perantara antara peminjam dan investor. Platform ini biasanya memungkinkan peminjam untuk mengajukan permohonan pinjaman dan investor untuk memilih pinjaman yang ingin mereka investasikan.

Ada beberapa keuntungan dalam menggunakan P2P lending, baik bagi peminjam maupun investor.

Bagi peminjam, P2P lending menawarkan alternatif pembiayaan yang lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan dengan model tradisional. Peminjam dapat mengajukan permohonan secara online dan mendapatkan persetujuan dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu, P2P lending biasanya menawarkan suku bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit kartu atau pinjaman tanpa jaminan lainnya.

Bagi investor, P2P lending menawarkan cara yang mudah untuk mendiversifikasi portofolio investasi mereka. Investor dapat memilih berbagai macam pinjaman dengan risiko dan suku bunga yang berbeda-beda. Selain itu, P2P lending dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan investasi tradisional lainnya.

Namun, seperti halnya dengan semua investasi, P2P lending juga memiliki risiko. Risiko utama bagi investor adalah bahwa peminjam tidak dapat membayar kembali pinjaman mereka. Oleh karena itu, investor harus melakukan riset dan analisis yang cermat sebelum memilih untuk berinvestasi dalam P2P lending.

Sementara itu, risiko bagi peminjam adalah suku bunga yang lebih tinggi dan persyaratan pembayaran yang lebih ketat. Peminjam harus memastikan bahwa mereka mampu membayar kembali pinjaman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh platform P2P lending.

Peer-to-peer lending dapat menjadi alternatif yang menarik bagi peminjam yang membutuhkan akses cepat dan mudah ke dana, serta bagi investor yang ingin mendiversifikasi portofolio mereka. Namun, seperti halnya dengan semua investasi, P2P lending juga memiliki risiko yang harus dipertimbangkan dengan baik sebelum melakukan investasi. Oleh karena itu, sangat penting bagi peminjam dan investor untuk memahami risiko dan manfaat dari P2P lending sebelum memutuskan untuk terlibat dalam platform tersebut.

Generated by AI

Posted in All, Banking and Finance, Financial Market, Product | Tagged , , , , , | Leave a comment

Mengamati Organisasi Bank Besar di Indonesia (Mandiri, BRI, BCA, BNI)

Struktur organisasi merupakan salah satu bentuk pengelolaan sumber daya dan merefleksikan cara kerja, workflow serta fokus suatu bisnis atau perusahaan. Struktur organisasi menyelaraskan berbagai elemen yang ada di dalam suatu perusahaan untuk mencapai kinerja yang optimal, memenuhi kepentingan pemangku kepentingan (stake holders), mencapai tujuan jangka pendek maupun panjang, serta meningkatkan value perusahaan secara terus-menerus (sustainable).

Mengamati dan menganalisis struktur organisasi dan organisasi bank besar tentu sangat menarik, tentunya dengan mengaitkannya dengan strategi perusahaan, lini bisnis utama bank, kompetisi, efisiensi dan pengembangan organisasi, demografi pegawai serta kesempatan berkarier bagi pegawainya. Pada tulisan ini akan dibahas organisasi dari empat bank Kelompok Bank Modal Inti (KBMI) 4 yaitu Bank Mandiri (Mandiri), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Central Asia (BCA) dan Bank Negara Indonesia (BNI) berdasarkan informasi publik tahun 2022.

Jumlah Pegawai, Direksi dan Top Level Management

Dari empat bank KBMI 4, BRI merupakan bank dengan pegawai terbanyak, lebih dari 74 ribu pegawai. Hal tersebut dapat dimaklumi melihat model bisnis BRI yang fokus pada usaha mikro bahkan ultra mikro sehingga membutuhkan personalia yang relatif lebih banyak dibanding model bisnis bank KBMI 4 yang lain. Mandiri sebagai bank yang fokus pada segmen wholesale dan urban dapat mengelola organisasi dengan pegawai yang lebih sedikit dibanding BRI, yaitu sekitar 39 ribu pegawai.

Jumlah komisaris Mandiri, BRI dan BNI yang merupakan bank pemerintah berkisar antara 10-11 orang, berbeda dengan BCA yang hanya memiliki 5 komisaris. Wajar, bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) memang lebih syarat kepentingan sehingga komisarisnya berjumlah lebih banyak.  Sedangkan, total Direksi keempat bank jumlahnya sama, yaitu 12 orang. Susunan direksi umumnya terdiri dari Direktur Utama, Wakil Direktur Utama, dan beberapa orang Direksi. Yang menarik, BCA memiliki dua Wakil Presiden Direktur yang masing-masing membawahi Business Banking & Operation dan IT & Digital Banking. Selain itu, seluruh KBMI 4 memiliki pejabat level Senior Executive Vice President (SEVP) atau Executive Vice President (EVP) yang memimpin direktorat atau mengkoordinir beberapa Divisi. Kisaran pegawai SEVP/EVP yang memimpin direktorat pada KBMI 4 berkisar antara 5-7 pegawai.

Tabel 1. Jumlah Pegawai, Komisaris, Direksi, Aset dan Profit Bank KBMI 4 (per Desember 2022)

Sumber: Laporan Tahunan

Dari perbandingan pada tabel 1 dapat dilihat bahwa BCA merupakan bank pada kelompok KBMI 4 yang secara hitungan matematis dapat mengelola sumber daya manusia dan organisasi dengan lebih efisien.  Rasio aset per pegawai dan profit per pegawai BCA merupakan yang paling tinggi dibanding pesaingnya. Dengan kata lain, setiap pegawai BCA mengelola aset yang lebih besar dan menghasilkan profit yang lebih tinggi dibandingkan pegawai pada bank KBMI 4 lain.

Tabel 2. Daftar Pembidangan Direksi & SEVP/EVP Bank KBMI 4 (per Desember 2022)

Sumber: Laporan Tahunan

Tabel 2 menunjukan pembidangan Direksi dan pejabat SEVP/EVP di Bank KBMI 4. Bank Mandiri merupakan bank dengan struktur paling gemuk dengan 12 Direksi dan 7 SEVP, sedangkan BNI hanya memiliki 5 SEVP. Melihat size aset Mandiri dan BNI, hal tersebut merupakan hal yang reasonable. Pembidangan Mandiri dan BNI sebagai bank milik pemerintah yang fokus pada segmen wholesale tampak sangat mirip. BRI sebagai bank pemerintah juga memiliki pembidangan yang masih terlihat senada, namun terlihat fokus pada bisnis Mikro dan Kecil & Menengah dengan adanya dua Direktur yang membidangi kedua segmen tersebut. BCA, sebagai satu-satunya bank swasta nasional pada liga KBMI 4 terlihat memiliki pembidangan yang berbeda dibanding ketiga kompetitornya. Dapat diperhatikan juga bagaimana BCA menaruh perhatian yang tinggi pada IT dan Digital Banking dengan menugaskan seorang Wakil Presiden Direktur untuk menangani area dimaksud.

Struktur Organisasi dan Komite Komisaris/Direksi

Struktur organisasi keempat bank menunjukan keserupaan. Direktur Utama atau Presiden Direktur dibantu oleh Wakil Direktur utama/Wakil Presiden Direktur dan jajaran Direksi. Selain direksi, terdapat SEVP atau EVP yang memimpin direktorat namun tidak berstatus direksi dan tidak diangkat melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Di bawah Direksi dan SEVP/EVP, terdapat unit kerja setingkat Divisi, Group, Kantor Wilayah atau Satuan Kerja setingkat yang dipimpin oleh Executive Vice President, Senior Vice President, atau Vice President (tergantung struktur dan corporate title masing-masing bank). Secara umum, struktur organisasi keempat bank KBMI 4 digambarkan pada gambar 1.

Gambar 1. Struktur Organisasi Umum Bank KBMI 4 (per Desember 2022)

Bank juga memiliki komite-komite di bawah Komisaris dan Direksi untuk mendukung pengambilan keputusan dengan governance yang baik. Komite di bawah komisaris umumnya berupa Komite Audit, Komite Nominasi & Remunerasi, Komite Risiko dan Komite Tata Kelola Terintegrasi, sedangkan komite di bawah Direksi sangat bervariasi tergantung dari kebutuhan bank. Berdasarkan laporan tahunan 2022 yang dirilis dan direkap pada tabel 2, Bank Mandiri tercatat memiliki jumlah komite di bawah direksi yang terbanyak, sejumlah 11 komite, diikuti BNI dengan 10 komite, BRI dengan 8 komite dan BCA dengan 6 komite. Tampak bahwa bank-bank BUMN lebih memiliki governance yang diejawantahkan dalam bentuk komite dan terlihat sangat berhati-hati. Terlihat pula bahwa beberapa area yang pada bank lain tidak diorganisir dalam bentuk komite pada bank lain diatur dalam bentuk komite. Komite Social & Environmental Responsibility dan Transformation adalah contohnya. Kedua komite tersebut tidak ditemukan pada bank lain kecuali pada Mandiri.

Baik atau buruk dari banyaknya jumlah komite tergantung dari implementasinya. Dengan memiliki banyak komite pengambilan keputusan di bank tersebut lebih terstruktur dan terorganisir, namun di sisi lain dapat pula menimbulkan birokrasi yang memperlambat pengambilan keputusan.

Tabel 3. Daftar Komite Komisaris & Direksi Bank KBMI 4 (per Desember 2022)

Sumber: Laporan Tahunan

Jumlah Divisi/Group dan Wilayah

Jumlah Divisi, Group, Wilayah yang dimiliki oleh keempat Bank KBMI 4 juga bervariasi dan terlihat bahwa jumlah pegawai eksekutif berbanding lurus dengan ukuran aset bank.

Kembali, Bank Mandiri merupakan bank dengan struktur tergemuk. Pegawai level eksekutif yang mengepalai unit kerja divisi atau group dan yang setara mencapai 136 pegawai. BRI berada di tempat kedua dengan 101 pegawai, diikuti dengan BNI dengan 78 pegawai dan terakhir BCA dengan 72 pegawai.

Dari sisi kewilayahan terlihat BRI dan BNI membagi wilayah operasionalnya dengan lebih banyak. BRI bahkan memiliki 19 kantor wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Uniknya, BRI memiliki pejabat eksekutif di setiap wilayah kerjanya. Seluruh KBMI juga terlihat fokus membenahi dan mengembangkan area IT dan digital. Bank Mandiri bahkan memiliki 9 pejabat eksekutif pada area IT & digital.

Pada area bisnis, Bank Mandiri memiliki pejabat eksekutif terbanyak sejumlah 44. Pejabat eksekutif tersebut bukan hanya pemimpin unit kerja, namun juga terdapat pejabat fungsional yang diberikan kewenangan dan corporate title setara dengan pemimpin unit kerja. Area risk management juga menjadi perhatian Bank Mandiri dengan menempatkan 29 pejabat eksekutif pada area risk management, terbanyak dibanding bank lain.

BNI dengan jumlah cabang di 7 negara menjadi salah satu bank Indonesia dengan jaringan internasional dan fokus pada bisnis international banking menempatkan pemimpin cabang Kantor Luar Negerinya sebagai pejabat eksekutif setara dengan kepala divisi atau group di kantor pusat.

Tabel 4. Jumlah pejabat eksekutif bank KBMI 4 (per Desember 2022)

Sumber: Laporan Tahunan

Tentu banyak lagi yang bisa dikupas dari organisasi bank-bank ini dan dipelajari mengenai bagaimana strategi yang berbeda atau sama ditempuh oleh bank-bank tersebut, dan akan selalu menarik mengikuti dinamika organisasi bank yang turut mencerminkan perubahan fokus dan strateginya.

Maret 2023

Posted in All, Banking and Finance, Human Capital, Strategy | Tagged , , , , , , , , | Leave a comment

Belajar dari Kasus Silicon Valley Bank (SVB)

Kasus likuiditas yang dialami oleh Silicon Valley Bank (SVB) sehingga SVB harus menjual Surat Berharga yang dimiliki hingga menggerus modal bank tersebut dan akhirnya mengajukan petisi kebangkrutan serta menyebabkan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) harus turun tangan tentu sangat menarik untuk dibahas.

SVB merupakan bank terbesar ke-16 di Amerika Serikat dengan total aset mencapai USD 209.02 Miliar per Desember 2022 [1] atau setara dengan Rp 3,176.80 Triliun (kurs USD/Rupiah 15,200), nilai yang jauh lebih besar dibanding aset bank-bank di Indonesia. Sebagai perbandingan, bank dengan aset konsolidasi terbesar per Desember 2022 di Indonesia adalah Bank Mandiri dengan aset  
Rp 1,992.5 Triliun [2] atau hanya 62.72% dari aset SVB. Wajar, perbankan Indonesia wajib waspada dan mengkaji apa sebenarnya yang terjadi pada SVB sehingga kejadian yang sama tidak terjadi pada perbankan domestik. Berikut adalah beberapa poin yang dapat dijadikan pembelajaran bagi perbankan Indonesia

Pertama, SVB merupakan bank yang sangat terkonsentrasi baik dari sisi aset maupun liabilities. Pada sisi liabilities yang berupa deposit sejumlah USD 173 Miliar, terdapat konsentrasi pada sektor early stage technology dan technology yang total kedua sektor tersebut mencapai 51% dari total deposit SVB. Dengan nasabah berkarakteristik konvergen, hal ini tentu menimbulkan risiko bagi SVB. Sebagai contoh, ketika nasabah sektor technology membutuhkan dana secara bersamaan maka SVB akan terpapar oleh risiko penarikan dana secara besar-besaran.

Gambar 1 Komposisi Deposan SVB per Desember 2022 [3]

Pada sisi aset, terjadi pula konsentrasi pada instrumen tertentu. Dari total aset sebesar USD 212 Miliar, 55% merupakan fixed income securities (surat berharga) yang bertenor panjang. Konsentrasi pada aset surat berharga tersebut menimbulkan risiko likuiditas, risiko pasar dan juga risiko suku bunga.

Gambar 2 Komposisi Aset SVB per Desember 2022 [3]

Konsentrasi aset SVB pada surat berharga diperparah dengan konsentrasi pada portfolio Hold to Maturity (HTM), portofolio investasi yang didesain untuk tidak dijual dan di-hold hingga jatuh tempo.

Kedua, SVB melakukan mismatch dan pengelolaan aset dan liabilities yang tidak prudent. Sebagian besar liabilities SVB merupakan dana pihak ketiga dengan maturity jangka pendek dalam bentuk giro, tabungan atau deposito. Artinya, dana nasabah dapat sewaktu-waktu ditarik jika dibutuhkan oleh nasabah. Sedangkan, aset SVB sebagian besar merupakan surat berharga dengan rata-rata tenor di atas 6 tahun.

Missmatch antara tenor aset dan liabilities ini tentu menimbulkan risiko. Risiko pertama yang dihadapi adalah risiko suku bunga. Aset jangka panjang yang dimiliki SVB dibeli pada tingkat suku bunga tetap rendah, sebelum bank sentral Amerika Serikat , The Federal Reserve, meningkatkan suku bunga acuannya secara agresif. Ketika suku bunga meningkat, aset SVB tidak dapat di-reprice sedangkan liabilities yang berjangka pendek harus di-reprice. Hal tersebut menyebabkan tergerusnya interest income SVB. Selain itu, peningkatan suku bunga akan menekan nilai surat berharga SVB sehingga SVB membukukan unrealized loss.

Risiko lain yang dihadapi adalah risiko likuiditas. Ketika nasabah melakukan penarikan secara masif seperti yang terjadi pada awal Maret 2023, SVB tidak memiliki aset likuid yang cukup untuk dapat memenuhi kebutuha likuiditasnya sehingga terpaksa menjual surat berharga pada portofolio Available for Sale (AFS) dan merealisasikan kerugian yang menggerus modal.

Ketiga, SVB tidak menerapkan good corporate governance dan risk management yang baik. Walaupun sebagian besar senior manajemen SVB memiliki pengalaman yang panjang bersama SVB (rata-rata 13 tahun), kekosongan Chief Risk Officer dalam jangka panjang yang sempat terjadi mengindikasikan bahwa SVB meremehkan praktik pengelolaan risiko. Penjualan saham oleh CEO SVB, Greg Bekcer, pada akhir Februari 2023 juga mengindikasikan permasalahan yang terjadi pada SVB.

Semoga perbankan domestik dapat belajar dari kasus ini, mengambil hikmahnya dan memperkuat pengelolaan risiko dan asset liabilities management yang lebih optimal.

Sources:

[1] https://www.federalreserve.gov/releases/lbr/current/

[2] https://bankmandiri.co.id/web/ir

[3] https://ir.svb.com/financials/quarterly-results/default.aspx

Posted in All, Banking and Finance, Financial Market | Tagged , , , , , | Leave a comment

Pertumbuhan Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 4 : Mandiri, BRI, BCA dan BNI

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2021 telah merubah aturan pengkategorian bank dari sebelumnya Bank Umum Kegitan Usaha (BUKU) menjadi Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI). Jika sebelumnya bank umum dikategorikan menjadi empat kelompok berdasarakan modal inti yaitu BUKU I (modal inti di bawah Rp. 1 Triliun), BUKU II (modal inti Rp. 1 Triliun hingga Rp. 5 Triliun), BUKU III (modal inti Rp. 5 Triliun hingga Rp. 30 Triliun), dan BUKU IV (modal inti di atas Rp. 30 Triliun), maka pada aturan yang baru batasan modal yang digunakan menjadi lebih tinggi.

Sesuai Peraturan OJK (POJK) No. 12/POJK.03/2021 tentang Konsolidasi Bank Umum perbankan dikelompokkan dalam empat kategori KBMI yaitu KBMI 1 (bank dengan modal inti kurang dari Rp. 6 Triliun), KBMI 2 (modal inti lebih dari Rp. 6 Triliun hingga Rp. 14 Triliun), KBMI 3 (modal inti lebih dari Rp. 14 Triliun hingga Rp. 70 Triliun) dan KBMI 4 (modal inti lebih dari Rp. 70 Triliun). Berdasarkan definisi baru tersebut, hanya empat bank yang masuk ke dalam kategori KBMI 4 yaitu Bank Mandiri (Mandiri), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Central Asia (BCA) dan Bank Negara Indonesia (BNI).

Tentu sangat menarik memperhatikan gerakan keempat bank KBMI 4 tersebut, bagaimana keempat bank tersebut tumbuh dalam dua dekade terakhir. Pada kesempatan kali ini akan dibahas pertumbuhan keempat bank KBMI 4 dari sisi aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK).

Aset

Gambar 1. Aset Bank KBMI 4

Sepanjang periode 2002-2021 aset keempat KBMI 4 tumbuh 9.66 kali dari Rp. 579.67 Triliun menjadi Rp. 5,596.89 Triliun atau dengan growth rate 12.68%. Sepanjang hampir dua dekade Mandiri mampu mempertahankan posisi sebagai jawara sebagai bank dengan aset terbesar. Pada tahun 2002 Mandiri yang merupakan bank merger begitu perkasa sebagai bank dengan aset terbesar dengan total aset Rp. Rp. 250.39 Triliun, jauh dibandingkan pesaing terdekatnya BNI yang asetnya hanya separuhnya sebesar Rp. 125.62 Triliun. Namun, sepanjang periode tersebut aset BRI dan BCA tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan aset KBMI 4, sedangkan pertumbuhan aset Mandiri dan BNI tumbuh di bawah pertumbuhan rata-rata KBMI 4 sehingga tangga juara-pun berubah.

Walaupun per akhir 2021 Mandiri masih menjadi bank dengan aset konsolidasi terbesar, gap aset Mandiri dengan aset BRI sebagai runner-up semakin kecil. Bahkan, pada periode 2017-2019 aset BRI telah melampaui Mandiri. Mandiri yang mengandalkan segmen wholesale diuntungkan oleh konsolidasi Bank Syariah Indonesia (BSI) sebagai hasil merger Bank Syariah Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) sebagai anak perusahaan Mandiri sehingga aset Mandiri kembali menggelembung pada tahun 2020. BRI sebagai runner-up memiliki pertumbuhan aset yang sangat progresif sebesar 16.9% jauh di atas rata-rata 12.68%. Positioning dan model bisnis BRI sebagai bank fokus pada Usaha Mikro Kecil & Menengah (UMKM) terbukti masih sangat relevan selama dua puluh tahun terakhir dan mampu terus mendorong pertumbuhan bank.

Pertumbuhan aset BCA berada sedikit di atas rata-rata dan terlihat cukup konsisten mengindikasikan pertumbuhan yang berkesinambungan mengandalkan nasabah bisnis skala menengah, nasabah funding dengan komposisi dana murah yang tinggi dan transaksional. Sedangkan, BNI terlihat cukup struggling dalam mempertahankan posisi bisnisnya. Jika pada 2002 BNI berada pada peringkat ke-2, pada tahun 2021 asetnya hanya berada pada posisi ke-4. Model bisnis BNI yang bertumpu pada nasabah wholesale menjadikan Mandiri dan BNI bersaing secara head-to-head sehingga tampak pada pertumbuhan aset kedua bank yang relatif lambat disebabkan pembagian porsi pada market segment yang sama.

Kredit

Gambar 2. Kredit Bank KBMI 4

Sebagai lembaga intermediasi, kredit merupakan aset dengan porsi terbesar bagi sebuah bank sehingga pertumbuhan aset suatu bank umumnya akan linear dengan pertumbuhan kreditnya. Untuk KBMI 4, kredit keempat bank tumbuh hampir 20 kali dari Rp. 167.94 Triliun pada 2002 menjadi Rp. 3,299.08 Triliun pada 2021 atau dengan growth rate 16.97%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan total aset. Hal ini merupakan indikasi bahwa KBMI 4 berupaya untuk memaksimalkan perannya sebagai motor penggerak ekonomi melalui pembiayaan produktif dan konsumsi. Seirama dengan pertumbuhan total aset bank, BRI dan BCA mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata, sedangkan Mandiri dan BNI mencatatkan pertumbuhan di bawah rata-rata.

Berbeda dengan total aset yang selalu tumbuh dari tahun ke tahun bagi keempat bank, hal yang menarik terjadi pada tahun 2020 dimana total outstanding kredit BRI dan BCA mencatatkan penurunan dibandingkan outstanding kredit tahun 2019. Bagi BRI hal tersebut lebih disebabkan oleh merger Bank Syariah milik Himbara sehingga menyebabkan portfolio yang sebelumnya terkonsolidasi ke BRI berpindah menjadi terkonsolidasi ke Mandiri. Sedangkan bagi BCA, turunnya aset kredit merupakan response bisnis atas pandemi COVID 19 yang melanda dunia.

DPK

Gambar 3. DPK Bank KBMI 4

DPK merupakan liabilitas utama bank. DPK merupakan dana yang dikumpulkan bank dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro dan deposito untuk nantinya disalurkan dalam bentuk kredit. Jika dianalogikan dengan industri manufaktur, DPK merupakan raw material atau bahan baku untuk memproduksi produk akhir. Tanpa DPK yang solid, bank akan sulit mengembangkan bisnis dan asetnya.

Sepanjang tahun 2002-2021 DPK bank KBMI 4 tumbuh 9.10 kali dari Rp. 454.45 Triliun menjadi
Rp. 4,135.04 dengan growth rate 12.32%. Pada kelas liabilitas ini, kembali BRI dan BCA tumbuh dengan kecepatan di atas Mandiri dan BNI. Walaupun pada tahun 2020 kembalinya Mandiri ke posisi puncak merupakan dampak konsolidasi BSI, pada tahun 2021 pertumbuhan DPK Mandiri yang tetap impresif menunjukkan bahwa startegi bank biru kuning melalui digitalisasi dan platform Livin’ berbuah manis.

BCA sebagai raja tabungan dan dana murah juga menampakkan pertumbuhan DPK yang sustain. Image dan positioning BCA sebagai bank transaksional merupakan strategi yang jitu untuk terus mengumpulkan dana masyarakat.

Ke depan, kita akan terus melihat perubahan bisnis keempat KBMI 4 ini. Bank manakah yang akan semakin berkibar, atau bank apa yang akan semakin tertatih dan tergilas oleh kejamnya persaingan? Kita tunggu saja.

Juli 2022

Posted in All, Banking and Finance, Financial Market, Financial Report, Strategy | Tagged , , , , , , , , | Leave a comment

Satu Dekade Terakhir Perbankan Nasional (2011-2021)

Sepanjang sepuluh tahun terakhir (2010-2021) banyak yang berubah dari wajah perbankan Indonesia didorong oleh perubahan regulasi, tuntutan kompetisi, perubahan behaviour nasabah serta transformasi model bisnis perbankan. Matriks data perbankan secara sederhana disampaikan pada tabel 1 di bawah sedangkan sedikit bahasan mengenai perubahan struktur perbankan Indonesia dibahas setelahnya.

Tabel 1: Matriks Perbankan Indonesia 2011-2021

sumber data : Bloomberg, OJK

Hal pertama yang berubah adalah jumlah bank yang beroperasi di Indonesia. Jumlah total bank komersial turun dari 120 pada tahun 2011 menjadi 107 pada tahun 2021. Pengurangan jumlah bank ini sejalan dengan desain regulator untuk meningkatkan efisiensi dari struktur industri perbankan Indonesia melalui merger, akuisisi dan pembatasan modal. Jumlah bank non devisa, bank joint venture dan bank asing turun yang menunjukkan telah terjadi konsolidasi pada bank dengan size dan modal kecil. Sedangkan, jumlah bank devisa yang merupakan indikasi meningkatnya kompleksitas perbankan Indonesia. Selain itu, total jumlah cabang bertambah sebanyak 17.569 cabang sepanjang kurun waktu 2011-2021.

Kedua, aset dan liabilitas perbankan Indonesia tumbuh secara signifikan. Dana pihak ketiga (DPK) bank tumbuh dengan growth rate 10.24% pada dalam kurun waktu 2011-2021 menjadi Rp. 5,756.58 Triliun sedangkan kredit yang merupakan aset utama bank tumbuh 9.98% menjadi Rp 7,253.26 Triliun pada kurun waktu yang sama. Pertumbuhan liabilitas dalam bentuk DPK yang lebih tinggi dibandingkan aset memberikan ruang bagi perbankan nasional untuk melakukan investasi pada aset produktif lainnya antara lain surat berharga, baik Surat Berharga Negara (SBN) maupun surat berharga korporasi. Namun demikian, perbankan Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan karena rasio Non-Performing Loan (NPL) justru meningkat terutama pada dua tahun terakhir disebabkan kondisi pandemic covid19.

Ketiga, profitabilitas bank cenderung menurun. Jika Net Interest Margin (NIM) perbankan pada tahun 2011 mencapai 5.91%, pada tahun 2021 NIM perbankan Indonesia susut menjadi 4.63%. Hal tersebut dipicu oleh tingkat kompetisi yang meningkat dan tuntutan dari nasabah baik dari deposan maupun debitur yang semakin demanding. Angka Return on Asset (ROA) juga menyusut dari 3.00% menjadi 1.55% pada periode yang sama.

Terakhir, capital atau permodalan perbankan Indonesia terus meningkat. Capital Adequacy Ratio (CAR) naik dari 16.10% pada tahun 2011 menjadi 25.17 % pada tahun 2021 mengindikasikan ketahanan perbankan Indonesia dalam menghadapi gejolak bisnis dan kondisi usaha melalui permodalan yang semakin kuat.

Ke depan, dengan tren digitalisasi, perubahan behaviour nasabah yang semakin menuntut kemudahan dan efisiensi transaksi serta berbagai perubahan teknologi tentu juga akan merubah landscape bisnis perbankan di Indonesia. Kita tunggu perubahannya.

Juli 2022

Posted in All, Banking and Finance | Tagged , , , , , | Leave a comment